Rajin pangkal
pandai, ora et labora, dan jangan melawan guru. Jujur saja, nasihat semacam itu
tidak berhenti kita temui hanya karena kita lulus sekolah. Tanpa kita sadari,
banyak nasihat dalam hidup sehari-hari yang mempengaruhi kinerja kita.
Pertanyaannya, apakah petuah-petuah itu saat ini masih dapat dipakai di dunia
kerja? Mari kita uji kelayakannya!
Nasihat #1: No Pain, No Gain.
Nasihat yang biasanya beredar di dunia olahraga ini juga berlaku
di dunia kerja. Hanya bermodal bakat atau kepintaran tidak akan membuat karir
Anda maju. Seperti yang terjadi di sekolah, siswa yang pintar tidak jarang
mendapat nilai yang lebih buruk dibanding siswa yang tekun. Hal ini juga
terjadi di dunia kerja. Siapa yang tekun bekerja, rajin mengerjakan tugasnya
tepat waktu, rapi membereskan dokumennya, bisa mendapat kesempatan karier yang
lebih tinggi daripada pekerja yang hanya mengandalkan kehebatan isi kepala
mereka tapi malas. At the end, perusahaan membutuhkan
pekerja yang dapat bekerja memenuhi target dateline dan kualitas.
Namun bukan berarti, Anda harus datang ke kantor paling pagi dan
pulang paling larut. Atau bekerja dengan load yang tidak realistis sampai Anda
terkena burnout syndrome. Tapi gunakan energi,
tenaga, pikiran Anda untuk meningkatkan kelebihan Anda dan mengatasi kelemahan
Anda. Karena disiplin diri, kemauan untuk bekerja lebih baik dan lebih baik
lagi lah yang mampu membawa karier Anda ke jenjang yang lebih tinggi.
Tingkat
kelayakan di dunia kerja: 90%
Nasihat #2: No Money, No Honey.
Urusan uang memang tidak mudah. Di satu sisi karyawan menginginkan gaji
yang terus naik setiap tahunnya. Di sisi lain, apalagi di jaman resesi seperti
sekarang, banyak perusahaan yang mengalami masalah keuangan serius. Tapi
menunjukkan hasil kerja yang buruk hanya karena gaji Anda tidak naik, juga
tidak bijaksana. Apalagi langsung pindah ke perusahaan lain.
Perusahaan yang baik membutuhkan dan
menghargai pekerja yang loyal. Utarakan kekecewaan Anda ke perusahaan. Cari
kemungkinan selain gaji, yang dapat membuat karyawan tetap bekerja dengan baik.
Misalnya libur tambahan satu hari dari kantor tanpa dihitung sebagai cuti atau
pengurangan jam kerja di hari Jumat. Biasanya, perusahaan yang baik lebih
terbuka jika tuntutan Anda tidak berupa uang.
Kalau Anda mendapat tawaran kerja di
tempat lain, bicarakan terus terang, mengapa Anda berniat pindah. Jika Anda
memang karyawan yang baik, perusahaan akan berusaha mempertahankan Anda. Dengan
demikian Anda dapat mendiskusikan kondisi kerja yang menguntungkan kedua pihak.
Tentu saja dengan perkecualian jika Anda bekerja dengan perusahaan yang memang
memperkerjakan karyawannya seperti budak. Selalu lembur, tapi gaji sedikit.
Pekerja miskin sementara para bos kaya raya. Untuk kasus seperti ini, sangat
disarankan Anda mencoba berkarir di tempat lain.
Tingkat
kelayakan di dunia kerja: 70%
Nasihat #3: Makin banyak koki yang ikut memasak, rasanya makin tidak enak.
Benarkah bekerja sendirian hasilnya lebih baik daripada kerja tim? Jika
Anda bukan pemilik perusahaan One-Man-Show, hasil kerja tim biasanya lebih
baik. Apalagi di dunia kerja jaman sekarang. Hampir semuanya mengandalkan
teamwork. Mengapa? Karena setiap pekerja mempunyai spesialisasinya
masing-masing. Ada yang hebat dalam urusan teknik, ada yang bagus dari segi
kreatif, dan ada yang expert untuk urusan jualan. Jika semua yang positif
disatukan, teorinya hasil kerja semakin optimal.
Teorinya? Ya. Agar kerja sama tim tidak berubah menjadi kancah perang
dunia ketiga, diperlukan satu orang yang berfungsi sebagai pemimpin. Pemimpin
di sini tidak berarti karyawan dengan kedudukan yang paling tinggi, namun
seseorang yang mampu mengakomodasikan seluruh keinginan anggota tim. Tepatnya,
gabungan antara moderator dan hakim garis antar kolega. Namun demikian,
sebaiknya jumlah anggota tim kurang dari 10. Jika lebih dari 10 orang, biasanya
akan terjadi clique, kelompok-kelompok kecil yang saling bersaing satu sama
lain.
Tingkat
kelayakan di dunia kerja: 10%
Nasihat #4: Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.
Terus terang, nasihat orangtua kita di masa kecil ini memang yang paling
diingat dari semua petuah mereka. Mungkin karena dulu kita lebih suka menonton
TV daripada membuat PR. Sampai sekarang pun, banyak dari kita bekerja dengan
prinsip ini. Bereskan dulu pekerjaan yang membosankan, yang paling tidak
nyaman, baru yang menantang. Prinsip ini bukannya tidak beralasan. Manusia
mempunyai kecenderungan untuk menghadiahi diri sendiri setelah bekerja keras.
Jadi pekerjaan yang menantang dilakukan terakhir, dianggap sebagai hadiah yang
dapat memacu motivasi kerja.
Idealnya, sih, Anda membagi-bagi porsi
kerja sehingga tidak jenuh. Normalnya, manusia dapat berkonsentrasi nonstop
selama dua jam. Jadi setiap dua jam, ambil mini-break sekitar lima menit untuk
menyegarkan pikiran Anda. Bisa memakan pisang, minum kopi, atau bercakap-cakap
singkat dengan teman kerja. Dengan demikian kepala Anda dapat beristirahat
sejenak untuk mulai lagi dengan otak yang lebih jernih.
Tingkat
kelayakan di dunia kerja: 80%
Nasihat #5: Kerjakan hanya yang Anda bisa.
Bagi yang senang bermain aman, nasihat ini
jelas masih berlaku. Tapi bila Anda ingin mencapai karier yang lebih tinggi,
lupakan nasihat ini. Tentu saja Anda harus mengerjakan semua tugas Anda dengan
baik dan benar, tapi kembangkan juga cakrawala Anda. Pelajari sisi lain dari
sebuah pekerjaan dan setiap perusahaan.
Asah rasa ingin tahu dan kembangkan diri
Anda. Ambil kursus yang memperkaya wawasan. Bicarakan dengan perusahaan, siapa
tahu mereka mau membiayai kursus itu untuk Anda. Perusahaan-perusahaan besar
biasanya punya pos khusus bagi pendidikan karyawannya. Tapi jangan juga
memutarbalikkan nasihat ini menjadi: mengerjakan semua hal. Apalagi jika Anda
sama sekali tidak mengerti bidang yang Anda kerjakan. Anda tentu tidak mau
disebut sebagai si rakus. Mau mengomentari orang lain, mau mengambil pekerjaan
orang lain, padahal tidak tahu apa-apa.
Tingkat kelayakan di dunia kerja: 50%
Nasihat #6: Semakin berisi semakin merunduk.
Scene yang sering terjadi di ruang kelas ketika guru bertanya, “Siapa yang
tahu jawabannya?” adalah murid-murid yang menunduk. Penyebabnya, takut salah
dan takut dijuluki sok tahu oleh teman-teman. Akibatnya, di dunia kerja kita
juga terbiasa untuk berdiam diri. Tidak sedikit orang dalam meeting hanya ikut
menganggukkan kepala tanpa berani memberi usulan. Padahal, menonjolkan diri
tidak sama dengan sombong. Karir kita akan lebih baik jika kita tidak takut
memberi tahu kemampuan dan achievement kita. Tidak hanya dalam interview kerja
saja, lho, perusahaan lebih memilih karyawan yang percaya diri. Karyawan yang
asertif dan berani mengemukakan pendapat lebih dibutuhkan ketimbang orang-orang
yang hanya bisa diam. Coba Anda mencamkan ini, bahwa Anda tidak menjual diri,
tapi menjual potensi Anda ke perusahaan.
Tentunya tidak berarti Anda setiap detik
mendengang-dengungkan kehebatan dan achievement Anda. Lakukanlah dengan dosis yang
benar. Juga jangan mengaku-aku semuanya adalah hasil kerja Anda, jika suatu
pekerjaan dilakukan dalam tim.
Tip bagi Anda yang tidak terbiasa
mengemukakan ide: (1) Tulis ide Anda di kertas. (2) Tulis semua kritik dan
pertanyaan yang mungkin muncul dari kolega atau bos Anda. (3) Tulis jawaban
Anda dari daftar nomor dua tadi. (4) Jika semua sudah terjawab dan teratasi,
bawa daftar itu ke kantor dan utarakan ide Anda.
Tingkat
kelayakan di dunia kerja: 0%
Nasihat #7: Gunakan jejaring.
Walaupun kedengarannya seperti iklan
telepon genggam, sekarang ini tidak ada bisnis yang sukses tanpa networking
yang bagus. Tidak heran, kalau dunia bisnis selalu keras bagi pemula. Namun
ingat ya, Anda harus tetap memisahkan antara kepentingan pribadi dan kepentingan
perusahaan. Kalau kinerja Anda buruk, namun tetap berharap seorang kenalan akan
membantu menaikkan karier, maka Anda sudah menyalahgunakan jejaring Anda.
Apalagi jika Anda hanya mau mengenal orang-orang yang Anda
pikir dapat memberi keuntungan bagi Anda. Lambat laun orang-orang akan tahu dan
bisa jadi malah Anda yang tidak diinginkan menjadi bagian dari jejaring mereka.
Tingkat
kelayakan di dunia kerja: 70%
Nasihat #8: Jaga kerapian.
Ibu-ibu biasanya menggemari nasihat satu
ini terutama ketika mereka melihat kamar tidur putrinya. Kabar buruknya, bagi
Anda yang tidak gemar berbenah, hal ini juga berlaku di dunia kerja. Apalagi
jika Anda menerima klien langsung di meja kerja Anda. Apakah meja Anda penuh
dengan tumpukan map dan dokumen yang saling tumpang tindih sampai seekor kucing
pun dapat hilang didalamnya? Keyboard Anda nyaris tidak kelihatan tombolnya
karena tertutup notes dan ballpoint? Monitor Anda dipenuhi post-it yang entah
sejak kapan tertempel di sekujur tepinya? Semuanya hanya mengisyaratkan satu
hal: kekacauan.
Jujur saja, Anda sendiri pasti tidak akan
merasa yakin kalau data Anda diterima baik oleh orang yang kelihatan
berantakan, kan? Mungkin data Anda malah hilang ditelan barang-barang
dimejanya. Begitu juga sebaliknya. Orang-orang akan sulit percaya jika meja
kerja Anda tidak rapi dan berantakan. Karena itu, jagalah kerapian tempat kerja
Anda.
Tingkat
kelayakan di dunia kerja: 90%
Nasihat #9: Sukses tidak datang dengan sendirinya.
Siapa yang pernah merasakan hal berikut
ini? Anda merasa mampu, Anda bekerja keras, tapi sukses masih jauh dari
pandangan. Satu hal yang perlu Anda ingat, dalam bekerja, berlaku pula faktor
sabar. Tidak semua hal langsung terlihat hasilnya. Dan tidak semuanya langsung
naik pangkat hanya karena selesai mengerjakan satu proyek.
Karena itu ketahui dengan jelas apa arti
sukses untuk Anda. Lebih baik Anda tidak melulu mengusung kata sukses dalam
skala besar. Arti kesuksesan bisa dirasakan dari hal-hal kecil. Anda sukses
jika Anda menyelesaikan kerja sesuai deadline, misalnya. Atau anda sukses jika
para bos menyukai presentasi Anda. Bisa juga, Anda sukses jika Anda mampu
mengatasi kelemahan Anda. Intinya, sama seperti dalam kehidupan di luar kantor,
tidak semuanya berjalan instant. Jika Anda berusaha, suatu saat Anda akan
sukses. Sabar, itu kuncinya.
Tingkat
kelayakan di dunia kerja: 100%
Nasihat #10: Siapa yang bangun pagi, dapat banyak rejeki.
Nasihat ini sudah muncul dari jaman dulu, ketika pekerjaan umum penduduk
negara ini masih menjadi petani. Sekarang, jam kantor umumnya dimulai pukul 9
pagi. Akibat lembur dan macet, banyak yang baru mencapai rumah pukul 10 malam
atau bahkan lebih larut. Jika Anda memaksakan diri bangun pagi, lalu menelepon
klien penting sambil menguap, percayalah, Anda tidak menolong diri Anda
sendiri. Lebih baik Anda mulai mengetahui ritme tubuh Anda. Kapan Anda merasa
paling mudah berkonsentrasi, kapan Anda mulai merasa lemah, kapan Anda merasa
lapar. Lalu cocokan dengan jam kerja Anda. Dengan demikian Anda akan mempunyai
waktu kerja yang optimal.
Tingkat kelayakan di dunia kerja: 0%
Petuah #11: Jaga rahasia perusahaan.
Generasi kakek-nenek bahkan orang tua
kita, biasanya bekerja puluhan tahun di perusahaan yang sama. Karena itu,
mereka memegang teguh isi dapur perusahaan dan tidak membicarakannya pada orang
lain. Sekarang, bukan hal aneh kalau pindah ke perusahaan yang berbeda-beda.
Dengan sendirinya, seseorang membawa pengalaman dari kantor lama ke kantor
baru. Tidak dapat dihindari, rahasia perusahaan tidak lagi menjadi momok yang
menakutkan untuk dibicarakan. Terutama untuk sistem karir, gaji, working load,
dan atmosfir kerja. Tentu saja, bedakan informasi mana yang dapat Anda
sharing ke 'orang luar' dan mana yang sudah di luar hak Anda. Contohnya,
membocorkan strategi bisnis perusahaan ke lawan bisnis tentu saja tabu untuk
dilakukan. Atau menyebarkan isu tidak benar. Tak hanya tidak etis, Anda juga
dapat dianggap sebagai pelaku gerakan sabotase bagi perusahaan.
Tingkat
kelayakan di dunia kerja: 30%
Nasihat #12: Rejeki tidak turun dari langit.
Nasihat ini sangat jelas. Tanpa bekerja,
kita tidak akan mendapat rejeki. Masalahnya berapa banyak rejeki yang kita
dapat? Kebanyakan berpikir rejeki hanya berarti uang, gaji, dan penghasilan.
Sehingga banyak yang berharap, setiap kali sudah bekerja sesuai daedline, gaji
pun naik. Setiap kali proyek selesai, karir juga naik. Tapi kenyataannya tidak
seperti itu.
Karena itu, lebih baik jika Anda
mengartikan rejeki tidak melulu sebagai materi. Jika Anda bekerja dengan baik,
klien pasti lebih memilih Anda sebagai rekan kerja. Hasilnya, proyek Anda
selalu berjalan lancar ketimbang proyek karyawan lain. Contoh lain, jika
kualitas kerja Anda bagus, nama Anda pun akan diingat oleh perusahaan. Bahkan
mungkin bukan hanya oleh perusahaan Anda, tapi juga perusahaan lain.
Tingkat
kelayakan di dunia kerja: 100%